Indikasi Penyerta / Compelling Indications pada Hipertensi
Dalam penanganan hipertensi, mungkin saja terdapat hubugnan dengan penyakit lain yang saling berkaitan. Kondisi patologis lain yang berkaitan tersebut merupakan Indikasi
penyerta yang harus diberikan terapi tersendiri, baik indikasi yang berhubungan
langsung dengan hipertensi (heart failure, iskemik, CKD, stroke) maupun yang
tidak memiliki hubungan langsung (DM, resiko penyakit koroner)
Ischemic Heart Disease (IHD)
Terapi ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dan menurunkan kebutuhan oksigen dalam rangka mengurangi / mencegah iskemik. Digunakan beta bloker atau jika kontra indikasi/tidak efektif digunakan long act CCB. Betabloker + non-dihidropiridin CCB menimbulkan bradikartia parah dan heart block.
Post Myocardioal Infark (Post MI)
Digunakan
terapi dengan golongan Beta bloker yang tidak memiliki ISA (seperti atenolol,
metoprolol, propanolol, bisoprolol, carvedilol) dan ACE inhibitor sebagai drug
of choice pada pasien yang mengalami
infark miokardial. Betab bloker bekerja menurunkan stimulasi adrenergik jantung
dan menurunkan kejadian serangan jantung, ACE inhibitor memperbaiki remodelling
dan fungsi jantung serta mennurunkan kejadian kardivaskular pasca infark
miokardial. Altenatif lain yang bisa digunakan adalah golongan ARB, terutama pada pasien
dengan kontaindikasi ACE inhibitor. Eplerenone juga diperunakan pada pasien
infark akut, dengan monitoring yang ketat.
Heart Failure
Sebagai
first line digunakan ACE inhibitor karena dapat menurunakan morbiditas dan
mortalitas terkait kardiovaskular, disertai diuretik menurunkan edema dengan
peningkatan urinasi. Untuk kejadian lebih lanjut digunakan bersama Beta bloker
(carvedilol, bisoprolol, metoprolol) dengan dosis rendah dan titrasi. Pada
kasus intoleran ACE inhibitor, digunakan alternatif ARB.
Pada
LVD (left ventricular disfunction) digunakan aldosteron antagonis (spironolacton). Dipertimbangkan penggunaannya
bersama diuretik, ACEi (atau ARB) dan Beta bloker. Meskipun ARB dan antagonis
aldosteron tidak direkomendasikan karena resiko hiperkalemia parah.
Diabetes
Dipergunakan
terapi ACEi atau ARB karena memiliki kemampuan nefroproteksi dalam aksi vasodilatasi
arteriol ginjal. Golongan berikutnya adalah tiazid karena memiliki kemampuan
penurunan resiko kardiovaskular. CCB juga sering dipergunakan dan terbukti
berguna. Beta bloker memiliki potensi penurunan resiko kardiovaskular (post MI)
terutama jenis non selektif seperti propranolol, pindolol, oxeprolol,
labetolol, carvedilol, namun dapat menutupi gejala hipoglikemik (tremor,
takikardia) yang juga melalui mekanisme saraf simpatik..
Chronic Kidney Disease (CKD)
Dipergunakan
ACEi dan ARB dengan mekanisme menurunkan tekanan intraglomerulus yang mengalami
gangguan pada penderita CKD. Terapi ini digunakan sebagai first line pada CKD
dengan atau tanpa DM.
Recurrect Stroke Prevention
Stroke
iskemik mempertimbangkan kemungkinan kerusakan organ target pada hipertensi,
target utama adalah menurunkan tekanan darah <130/80 untuk menghindari
resiko stroke berulang. Program penelitian klinis PROGRESS menunjukkan penurunan
kejadian stroke berulang dengan penggunaan tiazid dan ACE inhibitor. Penurunan
resiko juga ditemukan pada penggunaan ARB, namun penanganan ini tidak dapat
dilakukan pada pasien dengan riwaya stroke hemoragic.
Source :
National High Blood Pressure Education Program. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Bethesda (MD): National Heart, Lung, and Blood Institute (US); 2004 Aug. Special Situations in Hypertension Management. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9629/
Posting Komentar
Posting Komentar