Indikasi penyerta (compelling indications) pada hipertensi sesuai JNC7

Indikasi Penyerta / Compelling Indications pada Hipertensi JNC7

Konten [Tampil]


Indikasi Penyerta / Compelling Indications pada Hipertensi

Dalam penanganan hipertensi, mungkin saja terdapat hubugnan dengan penyakit lain yang saling berkaitan. Kondisi patologis lain yang berkaitan tersebut merupakan Indikasi penyerta yang harus diberikan terapi tersendiri, baik indikasi yang berhubungan langsung dengan hipertensi (heart failure, iskemik, CKD, stroke) maupun yang tidak memiliki hubungan langsung (DM, resiko penyakit koroner)

Ischemic Heart Disease (IHD)

Terapi ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dan menurunkan kebutuhan oksigen dalam rangka mengurangi / mencegah iskemik. Digunakan beta bloker atau jika kontra indikasi/tidak efektif digunakan long act CCB. Betabloker + non-dihidropiridin CCB menimbulkan bradikartia parah dan heart block.

Post Myocardioal Infark (Post MI)

Digunakan terapi dengan golongan Beta bloker yang tidak memiliki ISA (seperti atenolol, metoprolol, propanolol, bisoprolol, carvedilol) dan ACE inhibitor sebagai drug of choice pada pasien yang mengalami  infark miokardial. Betab bloker bekerja menurunkan stimulasi adrenergik jantung dan menurunkan kejadian serangan jantung, ACE inhibitor memperbaiki remodelling dan fungsi jantung serta mennurunkan kejadian kardivaskular pasca infark miokardial. Altenatif lain yang bisa digunakan adalah golongan ARB, terutama pada pasien dengan kontaindikasi ACE inhibitor. Eplerenone juga diperunakan pada pasien infark akut, dengan monitoring yang ketat.

Heart Failure

Sebagai first line digunakan ACE inhibitor karena dapat menurunakan morbiditas dan mortalitas terkait kardiovaskular, disertai diuretik menurunkan edema dengan peningkatan urinasi. Untuk kejadian lebih lanjut digunakan bersama Beta bloker (carvedilol, bisoprolol, metoprolol) dengan dosis rendah dan titrasi. Pada kasus intoleran ACE inhibitor, digunakan alternatif ARB.

Pada LVD (left ventricular disfunction) digunakan aldosteron antagonis (spironolacton). Dipertimbangkan penggunaannya bersama diuretik, ACEi (atau ARB) dan Beta bloker. Meskipun ARB dan antagonis aldosteron tidak direkomendasikan karena resiko hiperkalemia parah.

Diabetes

Dipergunakan terapi ACEi atau ARB karena memiliki kemampuan nefroproteksi dalam aksi vasodilatasi arteriol ginjal. Golongan berikutnya adalah tiazid karena memiliki kemampuan penurunan resiko kardiovaskular. CCB juga sering dipergunakan dan terbukti berguna. Beta bloker memiliki potensi penurunan resiko kardiovaskular (post MI) terutama jenis non selektif seperti propranolol, pindolol, oxeprolol, labetolol, carvedilol, namun dapat menutupi gejala hipoglikemik (tremor, takikardia) yang juga melalui mekanisme saraf simpatik..

Chronic Kidney Disease (CKD)

Dipergunakan ACEi dan ARB dengan mekanisme menurunkan tekanan intraglomerulus yang mengalami gangguan pada penderita CKD. Terapi ini digunakan sebagai first line pada CKD dengan atau tanpa DM.

Recurrect Stroke Prevention

Stroke iskemik mempertimbangkan kemungkinan kerusakan organ target pada hipertensi, target utama adalah menurunkan tekanan darah <130/80 untuk menghindari resiko stroke berulang. Program penelitian klinis PROGRESS menunjukkan penurunan kejadian stroke berulang dengan penggunaan tiazid dan ACE inhibitor. Penurunan resiko juga ditemukan pada penggunaan ARB, namun penanganan ini tidak dapat dilakukan pada pasien dengan riwaya stroke hemoragic.

Source :

National High Blood Pressure Education Program. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Bethesda (MD): National Heart, Lung, and Blood Institute (US); 2004 Aug. Special Situations in Hypertension Management. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9629/

Related Posts

Posting Komentar