Konten [Tampil]
PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN PARKINSON
Parkinson Disease
Parkinson merupakan suatu keadaan patologis dimana terdapat suatu gangguan pada sistem otak yang berfungsi mengatur koordinasi gerakan tubuh. Keadaan ini dapat mengakibatkan penderita kesulitan dalam berjalan, menulis, berbicara dan munculnya gerakan yang tidak diinginkan seperti tremor.
Patofisiologi Parkinson
Keadaan patologis parkinson diakibatkan oleh kerusakan pada sel substansia nigra sehingga jumlah dopamin antar neuron menjadi berkurang dari yang seharusnya. Kekurangan dopamine sebagai neurotransmitter akan menyebabkan gagalnya sistem koordinasi organ gerak tubuh. Penelitian lebih lanjut menunjukan bahwa 1 dari 3 pasien dengan parkinson juga menderita demensia, kemungkina besar hal tersebut berhubungan dengan jumlah dopamin yang menurun.
Etiologi Parkinson
Penyebab parkinson secara umum dapat dibedakan menjadi 3 hal, yaitu :- - Toksin : MPTP (1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine), Carbon monoxide manganese. source : ncbi
- - Obat antagonis dopamin (Haloperidol, Chlorpromazine, Domperidone) source : ncbi
- - Sebab lain yang tidak diketahui (idiopatik)
Gejala Parkinson
Gejala parkinson berkaitan dengan kehilangan koordinasi gerakan tubuh, misalnya : kekakuan tubuh, gerakan melambat, tulisan menjadi kurang jelas, suara yang kurang jelas atau tidak dapat dimengerti, gemetaran, merasa goyah, kurang semangat dan gairah, penciuman menurun dan air liur yang berlebih.
Diagnosa Parkinson
Dalam penetapan diagnosa parkinson, dapat dilakukan pemeriksaan dengan cara :- Pemeriksaan gejala klinis : kekakuan (stiffness), kelayuan (perasaan lemas), dan penurunan daya motorik;
- Pemeriksaan fisik : CT scan, USG dan/atau MRI pada kepala (transkranial) untuk mendeteksi adanya kelainan.
Tatalaksana Parkinson
Merujuk pada algoritma dari Medical Pharmacology : at a glance 9th edition, digunakan algoritma penatalaksanaan penyakit parkinson sebagai berikut :
![]() |
Algoritma Penatalaksanaan Parkinson |
Penanganan menggunakan prekursor dopamin (levodopa) dihindari pada awal terapi (terutama pada penderita awal parkinson) untuk menghindari efek samping diskinesia yang umum terjadi pada penggunaan jangka lama. Penggunaan levodopa dipertimbangkan untuk terapi pasien dengan tingkat keparahan tinggi dan bukan merupakan pilihan pertama terapi.
Untuk memperjelas target kerja obat-obat parkinson dari tiap golongan dan pengaruhnya pada sistem neurotransmittter dopamin, dapat dilihat lebih jelas pada skema berikut :
![]() |
Mekanisme kerja Obat Parkinson |
Dari skema diatas, mekanisme terapi obat-obatan parkinson dapat dibedakan sebagai berikut :
- Levo-Dopa, sebagai prekursor; secara langsung meningkatkan jumlah dopamin setelah dimetabolisme oleh tubuh;
- Proses penguraian prekursor oleh DOPA dekarboksilase dihambat dengan jenis obat carbidopa dan benserazide;
- Bentuk dopamin aktif dipertahankan aktivitas dan bentuk aktifnya oleh banyak mekanisme, misalnya mencegah pengambilan kembali dopamin oleh amantadine;
- Penguraian dopamin oleh monoamin oksidase (MAO) dihambat oleh rasagiline dan selegiline sebagai MAO Inhibitor;
- Penguraian dopamin oleh katekol-o-metil trasnferase (COMT) dihambat oleh entecapone dan tolcapone sebagai COMT Inhibitor;
- Mekanisme lainnya adalah dengan mengurangi kolin menggunakan antikolinergik, sesuai dengan prinsip bahwa dopamin dan asetikolin merupakan dua sistem yang saling berimbang.
Tatalaksana Parkinson Stadium Awal
Terapi Farmakologi
Terapi parkinson simptomatis awal : Prekursor dopamin (Levodopa), MAO Inhibitor (Selegiline, rasagiline), agonis dopamin (pramipexol, rotigotine), atau menggunakan pengobatan/terapi lain dengan tujuan neuroproteksi dan modifikasi penyakit.
Terapi Non-farmakologi
Terapi non-farmakologi dapat dilakukand dengan pemberian asupan tambahan nutrisi, disertai dengan aktifitas fisik yang sesuai (peregangan, latihan keseimbangan, latihan penguatan dengan beban). Harus diingat bahwa latihan yang dilakukan bertujuan untuk melatih kembali fungsi tubuh yang terganggu akibat adanya parkinson.
Tatalaksana Parkinson Stadium lanjut
Pada gangguan motorik yang terjadi dapat dilakukan terapi secara farmakologi dan non farmakologi berupa :
Terapi Non farmakologi :
Pada tahap lanjut, dapat berkonsultasi dan melakukan terapi pada tenaga kesehatan seperti fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan bahasa, ataupun prosedur pembedahan jika diperlukan.
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi pada stadium lanjut parkinson adalah penggunaan prekursor dopamin /levodopa, Amantadine, MAO Inhibitor (Selegiline, rasagiline), agonis dopamin (pramipexol, rotigotine), dan COMT Inhibitor (entecapon).
Terapi anti-parkinson sebaiknya tidak dihentikan secara langsung untuk menghindari resiko sindrom neuroleptik berupa diskinesia atau efek wearing-off. Penjelasan detail dapat diakses melalui link : source: bmj
Pada gejala yang timbul pada tahap lanjut (bersifat non-motorik), dapat diberikan terapi simptomatis yang disesuaikan dengan gejala yang ada. Gejala umum yang timbul bersamaan dengan parkinson beserta obat pilihannya adalah sebagai berikut :
- Psikosis (Clozapine, olanzapin, risperidon)
- Depresi (Amitriptilin, antivirus : SSRIs)
- Hipotensi ortostatik ( Midodrine, Fludrokortison)
- Mual muntah (Domperidon, Ondansentron)
- Konstipasi (suplemen serat, Larutan Polyetilen glikol)
- Disfungsi ereksi (Sildenafil, papaverin i.v)
- Gangguan tidur (Klonazepam)
- Kantuk disiang hari (Modafinil)
Pada terapi parkinson yang berkembang sampai saat ini, masih belum memungkinkan untuk dapat menghilangkan gejala secara keseluruhan, Namun dengan terapi yang diberikan maka diharapkan dapat mengembalikan fungsi tubuh / dipulihkan sebagian sehingga kualitas hidup penderita dapat menjadi lebih baik.
Posting Komentar
Posting Komentar