PENETAPAN POTENSI ANTIBIOTIK BERDASAR FARMAKOPE INDONESIA V

PENETAPAN POTENSI ANTIBIOTIK BERDASAR FARMAKOPE INDONESIA V

Konten [Tampil]
    Penetapan potensi suatu jenis antibiotik didasarkan pada prinsip perbandingan kemampuan aktivitas antibiotika uji dengan antibiotika baku dalam menghambat pertumbuhan suatu mikroba yang spesifik yang peka terhadap jenis antibiotik tesebut. Antibiotik baku adalah antibiotik yang telah diketahui kadar dan aktivitasnya. 

    Farmakope Indonesia edisi V mempersyaratkan potensi antibiotik pada bagian lampiran <131>, dimana disebutkan penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi dapat dilakukan dengan metode lempeng silinder atau turbidimetri. Pada metode lempeng silinder (atau disebut juga difusi agar), antibiotik diletakkan pada silinder-silinder yang terpasang pada agar dan terdifusi disekitar area silinder. Penghambatan pertumbuhan mikroba akan tampak sebagai zona bening disekitar silinder, zona ini disebut sebagai diameter daerah hambar (DDH). Pada metode turbidimetri, antibiotika dibuat sebagai larutan homogen dalam media cair yang dalam keadaan normal dapat dengan cepat menumbuhkan mikroba.  

    Pemilihan jenis metode (lempeng silinder atau turbidimetri), jenis pelarut yang digunakan untuk pengenceran, spesifikasi mikroba, serta konsentrasi yang digunakan dalam pengujian tergantung pada jenis antibiotik yang dijadikan sebagai uji. secara terperinci dapat dilihat pada tabel farmakope indonesia lampiran <131>.

Metode Lempeng Silinder

I. Penyiapan larutan baku

    Penyiapan larutan baku dilakukan dengan membuat 5 seri pengenceran dosis (S1, S2, S3, S4, S5). Konsentrasi larutan dibuat sesuai jenis antibiotik yang digunakan dengan melihat tabel pada bagian dosis tengah digunakan sebagai nilai konsentrasi S3. Pengenceran dilakukan menggunakan pelarut yang sesuai dengan ketentuan pada farmakope, dengan perbanding 1,25 setiap kenaikan konsentrasi. misal pada S3  / dosis tengah pada antibiotik uji ditetapkan konsentrasi 10 ng/mL, maka S4 adalah : 10 ng/mL x 1,25 = 12,5 ng/mL, Sedangkan pada S2 adalah : 10 ng/mL / 1,25 = 8 ng/mL.

II. Penyiapan larutan uji

    Larutan uji dibuat dengan konsentrasi sama dengan S3 / dosis tengah yang ditetapkan pada farmakope. Pada contoh diatas maka digunakan 10 ng/mL.

III. Pembuatan kurva baku

    Buat terlebih dahulu agar inokula dengan cara mencampurkan suspensi bakteri dan media cair steril dengan konsentrasi 5% v/v (misal : suspensi bakteri 3,5 mL dalam 70 mL media cair steril). Jenis bakteri yang digunakan disesuaikan dengan antibiotik yang digunakan. Kemudian lakukan langkah-langkah berikut :
  1. Siapkan 6 cawan petri untuk setiap konsentrasi larutan baku, yaitu S1, S2, S4, S5  (kecuali S3), buat triplo (sehingga diperlukan petri sebanyak 3 petri x 5 konsentrasi = 15 petri).
  2. Pada tiap petri tuangkan media agar NA sebanyak sekitar 15 mL dan diamkan hingga memadat, kemudian tambahkan sebanyak 5 mL agar inokula. Biarkan hingga memadat.
  3. Bagi setiap petri menjadi 6 bagian, letakkan silinder kesetiap bagian petri tersebut (6 silinder per petri).
  4. Kedalam setiap petri, masukkan larutan baku (S1, S2, S4, S5  (kecuali S3)  pada 3 silinder, sedangkan 3 silinder lainnya diisi dengan larutan baku S3.
     Konsentrasi Triplo 1 Triplo 2 Triplo 3 Keterangan 
     S1
    3 silinder S1
    3 silinder S3 
    3 silinder S1
    3 silinder S3 
    3 silinder S1
    3 silinder S3 
     diselang-seling tiap konsentrasi
     S2
     3 silinder S2
    3 silinder S3
     3 silinder S2
    3 silinder S3 
     3 silinder S2
    3 silinder S3
     s.d.a
     S4
     3 silinder S4
    3 silinder S3
    3 silinder S4 
    3 silinder S3 
    3 silinder S4
    3 silinder S3 
      s.d.a
     S5
    3 silinder S5
    3 silinder S3 
    3 silinder S5
    3 silinder S3 
    3 silinder S5
    3 silinder S3 
     s.d.a 
  5. Lakukan pra-inkubasi selama 1 jam (suhu normal), kemudian inkubasi pada suhu 35-37 C selama 18-24 Jam. Lakukan pengukuran DDH pada tiap konsentrasi.
IV. Penetapan potensi antibiotik uji
  1. Siapkan 3 petri, Pada tiap petri tuangkan media agar NA sebanyak sekitar 15 mL dan diamkan hingga memadat, kemudian tambahkan sebanyak 5 mL agar inokula. Biarkan hingga memadat.
  2. Bagi setiap petri menjadi 6 bagian, letakkan silinder kesetiap bagian petri tersebut (6 silinder per petri). Masukkan 0,1 mL larutan uji dalam 3 silinder, sedangkan kedalam 3 silinder lain dimasukkan 0,1 mL larutan baku S3.
  3. Lakukan pra-inkubasi selama 1 jam (suhu normal), kemudian inkubasi pada suhu 35-37 C selama 18-24 Jam. Lakukan pengukuran DDH.
V. Perhitungan 
 
    Perhitungan dilakukan dengan pengukuran rata-rata DDH (mm) nilai  berikut :
  • YS3T = Perhitungan rata-rata pengukuran dari DDH konsentrasi S3 pada petri S1, S2, S4, dan S5 atau rata-rata dari YS31, YS32, YS34, YS35;
  • YS31 = Perhitungan rata-rata pengukuran DDH S3 pada petri S1;
  • YS32 = Perhitungan rata-rata pengukuran DDH S3 pada petri S2;
  • YS34 = Perhitungan rata-rata pengukuran DDH S3 pada petri S4;
  • YS35 = Perhitungan rata-rata pengukuran DDH S3 pada petri S5;
  • YS1 = Perhitungan rata-rata pengukuran DDH S1 pada petri S1;
  • YS2 = Perhitungan rata-rata pengukuran DDH S2 pada petri S2;
  • YS4 = Perhitungan rata-rata pengukuran DDH S4 pada petri S4;
  • YS5 = Perhitungan rata-rata pengukuran DDH S5 pada petri S5;
  • YS1K = YS1 + ( YS3T - YS31 ) 
  • YS2K = YS2 + ( YS3T - YS32 ) 
  • YS4K = YS4 + ( YS3T - YS34 ) 
  • YS5K = YS5 + ( YS3T - YS35 ) 
    Dari hasil perhitungan tersebut, nilai YS1K, YS2K,YS4K dan YS4K dijadikan sebagai nilay sumbu Y, sedangakan nilai sumbu X adalah Log dosis. Lebih jelas lihat tabel dibawah.
  Dosis Sumbu X  Sumbu Y  
 S1 dosis S1 Log dosis S1   YS1K
 S2 dosis S2 Log dosis S2   YS2K
 S3 dosis S3Log dosis S3 YS3T
 S4 dosis S4Log dosis S4 YS4K
 S4 dosis S5Log dosis S5 YS5K

Dari nilai sumbu X (rata-rata koreksi) dan Y (log dosis) kemudian dibuat persamaan linier : Y=a+bX. Data rata-rata DDH S uji atau Y uji kemudian dimasukkan kedalam persamaan yang telah dibuat tersebut. Hasil perhitungan yang didapat, yaitu nilai X, merupakan Log dosis, sehingga dilakukan antilog terhadap nilai tersebut untuk mendapatkan % nilai potensi antibiotik sebenarnya. misalnya :

    X =  0,95   (di antilog kan)
    antilog 0,95 = 8,91 ng/ml
    
Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan dosis tengah atau konsentrasi S3. pada contoh semisal nilai S3 adalah 10 ng/mL, maka disimpulkan :

    (8,91/10) ng/mL x 100% = 89,1%

Kesimpulan contoh diatas adalah % potensi antibiotik uji terhadap antibiotika bakunya adalah 89,1 %.

Related Posts

Posting Komentar