Farmakokinetika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat (WHO); atau definisi lainnya menyebutkan farmakokinetik sebagai suatu aplikasi matematik dan permodelan data yang terkumpul di dalam studi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat (Annual Review of Pharmacology);
Secara garis besar, farmakokinetik
adalah Ilmu yang mempelajari tentang kinetika obat di dalam tubuh meliputi
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Manfaat Farmakokinetika
Terdapat banyak cabang pemanfaatan
ilmu farmakokinetika dalam kefarmasian, terutama dalam proses berikut :
1. Pengembangan obat baru
Farmakokinetik
dipergunakan dalam penentuan nilai parameter-parameter penting yang menggambarkan
tingkat efektivitas suatu obat yang digunakan dan prosesnya dalam tubuh.
2. Pengembangan formula,
Perhitungan
farmakokinetika juga diperlukan dalam proses pemantauan pemantauan obat-obatan
dengan formula yang dikembangkan, untuk memudahkan melihat peningkatan
efektivitas yang diharapkan.
3. Industri farmasi dalam penyesuaian dosis
Model
farmakokinetika dapat menggambarkan kondisi kesetimbangan konsentrasi obat
dalam tubuh, sehingga dengan pemantau parameter farmakokinetik dapat diperkirakan
dosis yang sesuai untuk sediaan farmasi.
4. Monitoring
Parameter
yang diperhitungkan dalam permodelan farmakokinetik merupakan parameter penting
yang diperlukan dalam proses monitoring pengobatan, terutama pada kondisi
tertentu agar keberhasilan terapi dapt tercapai.
5. Mencegah interaksi obat
Proses
monitoring parameter dalam proses farmakokinetika dapat mengidentifikasi dan
menghindari terjadinya suatu interaksi suatu jenis obat dengan obat lain /
makanan.
6. Pengawasan mutu
Profil
farmakokinetika merupakan dasar dari suatu pengujian jenis obat sebagai bukti
validitas standar kualitas suatu abat pada proses registrasi/pengujian mutu
rutin.
Dari skema diatas dijelaskan batasan dan hubungan ilmu sehubungan dengan proses terapi menggunakan obat.
Terdapat kombinasi
dari berbagai ilmu, misalnya farmasetika dan formulasi pada bagian desain awal
produk, biofarmasetika pada proses predisposisi, farmakokinetik pada proses
reaksi tubuh terhadap obat (ADME), dan farmakodinamik pada proses respon terapi
saat obat mencapai reseptor, hingga didapatkan efek terapi/toksik.
Hubungan
antara farmakodinamik dan farmakokinetik
Gambar
diatas menggambarkan korelasi antara farmakokinetik dan farmakodinamik :
- Obat
yang masuk kedalam tubuh setelah melalui proses absorpsi akan terikat pada
plasma (Bioavailability)
- Selanjutnya
akan terjadi proses distribusi keseluruh sistem tubuh, metabolisme lebih lanjut
dan eliminasi. Obat pada plasma sebagian akan terjadi eliminasi dengan
kecepatan tertentu. Rangkaian proses ini dinamakan farmakokinetik.
- Terjadi
kesetimbangan antara obat terikat plasma dan obat bebas.
- Obat
bebas sebagian akan menuju reseptor kerja utama dan memberikan efek farmakologi
dan sebagian akan menuju reseptor lainnya dan menimbulkan efek samping/adverse
effect. rangkaian efek oleh obat tersebut beserta dampak pada tubuh dinamakan farmakodinamik.
Skema dibawah menjelaskan dengan lebih
singkat mengenai perbedaan antara farmakodinamik dan farmakokinetik.
Sampel dalam Farmakokinetika
Untuk perhitungan farmakokinetika diperlukan suatu sampel hayati sebagai indikator dan dasar dari perhitungan kondisi farmakokinetik yang terjadi dalam tubuh. Sampel farmakokinetik terdiri dari sampel darah dan sampel urine yang diambil dan dikumpulkan pada interval dan durasi waktu tertentu.
Data Sampel Darah
Karena
tidak mungkin sampel (darah) diambil dari jaringan sekitar reseptor,
digunakan asumsi bahwa antara darah dengan cairan jaringan (plasma) terjadi
kesetimbangan dinamis, sehingga kadar obat dalam darah dianggap dapat
mencerminkan kadar obat dalam jaringan (sekitar reseptor).
Data Sampel Urin
Data farmakokientik urin merupakan representasi data
farmakokinetik obat dalam darah. Penggunaan
sampel urine dapat lebih baik dari pada darah, terutama jika obat diekskresikan
ke dalam urine dalam bentuk tidak berubah.
Keuntungan
lain penggunaan sampel urine dibanding darah adalah :
·
Data
urine mengukur langsung jumlah obat yang ada dalam badan
·
Kadar
obat dalam urine lebih besar dibanding kadar dalam darah.
·
Volume
unrine lebih banyak dibanding volume darah
·
Variabilitas
kliren renal dapat diabaikan.
Namun terdapat kekurangan pada
pengambilan data menggunakan sampel urin, yaitu sulitnya proses pengosongan
kandung kemih pada saat urinasi dengan sempurna. Sangat mungkin terjadi hasil
perhitungan yang tidak sesuai akibat proses pengosongan kandung kemih yang
kurang sempurna.
Penilaian validitas data urin
memperhitungkan faktor-faktor berikut :
·
Obat
tak berubah yang diekskresikan dalam urine harus berjumlah banyak;
·
Cara
analisis harus spesifik dan selektif;
·
Frekuensi
pengambilan cuplikan urine harus cukup (minimal 7 x T1/2 obat);
·
Pengosongan
kandung kemih harus sempurna;
·
pH
dan volume urine berpengaruh pada kecepatan ekskresi obat.
Sumber :
Shargel, L and Yu, Andrew, 2005,
Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, 5th ed, Appleton and Lange, New York.
Ritschel, W.A., 2004, Handbook of
Basic Pharmacokinetics, Drug Intelligence Publications, Inc., Hamilton,
Illinois.
Gibaldi, M and Perrier, D., 2007,
Pharmacokinetics, Informa Healthcare USA Inc., New York.
Posting Komentar
Posting Komentar